FULL DAY SCHOOL ALA PESANTREN

Pada masa sekarang dengan dilantiknya Menteri Pendidikan yang baru pasca Bapak Anies Baswedan, beliau memberikan wacana untuk Sekolah akan digalakkan Full Day School, kini ramai-ramai dibincangkan di dunia Medsos, Elektronik dan Media Massa Lainnya. 
Memang untuk Sekolah Reguler masih asing dengan adanya Full Day School, tapi untuk sekolah yang berbasis pesantren, hal ini tidak heran lagi..

FDS Akibat Full Day School!!

Berikut ini dipaparkan dari Seorang Ulama Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta

Sekolah full day?
Penulis: mudir Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta 

Tersenyum mendengar perdebatan di media massa terkait Full day school. Beberapa bahkan sampai pada pertanyaan yang agak menggelitik: memang gurunya mau di bayar berapaa? 

Pertanyaan itu lantas loncat kedalam konteks dimana kami berkutat: pesantren. Lah kalo Full Day and Night School kaya pesantren lantas bagaimana? Pesantren kan tak ada batas waktunya? 24 jam mendidik. 24 jam mengawasi santri. 7 hari seminggu. Libur hanya 6 bulan sekali. Siang malam menjalankan program. Tak hanya di kelas. Mandi, makan, tidur semuanya jadi kurikulum.

Lalu, ya itu tadi: emang gurunya dibayar berapaaa?

Pertanyaan itu mengungkapkan pemahaman bawah sadar masyarakat yang sangat serius. Bisa jadi menandakan pemahaman bahwa  pendidikan sudah menjadi komoditas yang bersifat transaksional. Take and give. Murid membayar, guru dibayar. 

Hal yang insya Allah tidak didapati di pondok pesantren yang hakiki karena memang pesantren sejatinya tidak memakai sistem transaksional dan ukuran duniawi seperti ini. 

Semangat pesantren yang ada hanyalah give, give dan give. Tidak ada take and give.

Wakif ikhlas mewakafkan lahannya. Kyai ikhlas memimpin. Guru ikhlas mendidik. Santri ikhlas dididik. Walisantri ikhlas menyerahkan putra putrinya untuk dididik.

Itulah kenapa beban kerja pendidik di pesantren tidak bisa dihitung pakai matematika dunia. Apalagi jika sampai dihitung perjam pelajaran. Apalagi sampai pakai hitungan lembur pula. Karena niat mereka memang bukan bekerja mencari penghasilan seperti layaknya pegawai di instansi instansi lainnya. 

Dalam sistem pesantren, santri hanya membayar apa yang mereka pakai. Makanan, listrik, air dsb. Zelf berdruiping system. Bersama memakai bersama membayar. 

Tidak ada rumusan santri membayar guru.

Mendidik santri adalah bentuk perjuangan. Bentuk pengabdian kepada agama dan bangsa. 

Lalu bagaimana mereka menghidupi keluarga mereka? Itulah rahasia keberkahan yg dijanjikan Allah Subhanallahuwata"ala kepada siapapun yang mau membantu agama-Nya. In tanshurullaah yanshurukum wa yutsabbit aqdamakum. Burung saja keluar sarang sudah dijanjikan rezekinya oleh Sang Maha Pemberi Rezeki.

Transaksional? Bukan tempatnya di pesantren. Apalagi jika hanya berfikir mengambil apa yang ada di pesantren. 

Dari model proses pendidikan yang terjaga niat keikhlasannya inilah diharapkan didapatkan keberkahan ilmu dan ridho Ilahi.

Wallahu a'lam

Bagaimana menurut anda, tentang Full Day School??

0 Response to "FULL DAY SCHOOL ALA PESANTREN"

Post a Comment

Jangan Lupa Like Post dan Saling Berbagi

Note: Only a member of this blog may post a comment.